Erni Bajau Menggunakan Pendekatan Kearifan Lokal “Berbahasa Bajau” dalam Memberi Motivasi Pendidikan ke Kampung-Kampung Bajau

Avatar

Terima Kasih telah Berkunjung di Situs ernibajau.com

Salah satu upaya yang saya lakukan untuk memotivasi anak-anak Sama (Bajau) agar bersekolah adalah dengan memberikan pemahaman tentang konsep pendidikan, atau tentang sekolah, segala hal berkaitan dengan yang dihadapi saat bersekolah, hal-hal yang dilakukan sejak masuk sekolah, atau sejak masuk dunia pendidikan ke tingkat selanjutnya, kendala-kendala, dan cara menghadapinya.

Memberikan pemahaman kepada orang-orang tua yang tidak mau menyekolahkan anaknya, mengimbau kepada orang-orang tua agar mengajarkan anak-anak mereka menggunakan Bahasa Bajau sebagai bahasa pertama. Menanamkan rasa bangga dan percaya diri sebagai orang Bajau (imbas dari deskriminasi).

Kegiatan ini saya lakukan dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal suku Sama (yang lebih dikenal sebagai suku Bajo).  Saya berdoalog interaktif dengan masyarakat dengan menggunakan Bahasa Bajau mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

Kegiatan ini saya lakukan di tiga desa berpendudk mayoritas Bajau yang ada di kecamatan Lasusua, yakni : Desa Sulaho, Desa Lawata, dan Desa Pitulua. Kecamatan Lasusua berada di Kabupaten Kolaka Utara Propinsi Sulawesi Tenggara.

BACA JUGA:  Bahasa Bajo di Seluruh Nusantara

Antusiasme warga setempat begitu baik dan terkesan sangat gembira menyambut kedatangan saya. Karena selama ini belum pernah ada hal serupa yang dilakukan orang-orang sebelum saya, dengan cara berdialo menggunakan bahasa Bajau.

Kurang lebih tiga jam saya berdialog bersama mereka serasa belum cukup karena semakin banyak warga yang berdatangan dan mengajukan pertanyaan. Warga Bajau yang datang dari melaut pun langsung datang ke Balai Desa dengan kondisi masih memegang dayung, pakaian yang masih basah, masih memegang ikan hasil tangkapan melaut. Selain berdialog bersama masyarakat di balai desa saya juga mendatangi rumah-rumah penduduk.

Potret kehidupan suku Sama di tiga desa ini adalah banyak anak-anak yang begitu tamat SD langsung berhenti sekolah dan ikut melaut menemani orang tua mencari nafkah, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Di Desa Lawata hanya terdapat satu orang laki-laki yang tamat SMA (tamat 2014) dan selanjutnya menganggur dengan alasan tidak ada biaya untuk kuliah.

BACA JUGA:  TARA'JON JAJANAN MASYARAKAT SAPEKEN DAN SEKITARNYA

Banyak yang menikah di bawah umur, dan anak-anak banyak yang tidak mau lagi memggunakan bahasa Bajau, bahkan tidak mengakui diri sebagai suku Bajau, tetapi lebih memilih mengakui diri sebagai orang Bugis (Suku Mayoritas di Kecamatan Lasusua).


Sebenarnya orang Bajau adalah orang-orang yang penuh semangat, cerdas (kecerdasan anak-anak Bajo ditandai dengan mendominasi juara-juara kelas tempat mereka sekolah), ramah, menerima perubahan, tapi mereka butuh motivasi, butuh role model atau sosok yang telah berhasil meraih kesuksesan karena bersekolah, mereka butuh diberi informasi, fasilitas, dan uluran tangan Pemerintah.

Ucapan terimasih saya yang tak terhingga kepada Bapak Bupati Kolaka Utara Rusda Mahmud, yang begitu peduli terhadap kondisi pendidikan di daerah Kolaka Utara sehingga mengundang saya untuk bertemu dengan saudara-saudara saya masyarakat Bajau di tiga desa tersebut.

Semoga upaya yang dilakukan Bupati Kolaka Utara Bapak Rusda Mahmud dapat dilakukan oleh para Bupati yang ada di Sulawesi Tenggara Khususnya dan juga dilakukan oleh para kepala daerah yang ada di Indonesia umumnya, mengingat Suku Bajau tersebar di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang sampai Merauke, dan secara global tersebar di beberapa negara tetangga, seperti Johor, Burma, Piliphina, dan lain sebagainya.

BACA JUGA:  Film "The Bajau" akan Pulang Kampung dan Tayang di Indonesia
error: Content is protected !!
× Chat Redaksi