Bahasa menunjukkan Bangsa. Ini adalah pepatah tentang tutur kata dan budi pekerti yang baik. Pepatah ini diangkat dari sebuah kenyataan bahwa Suatu Bangsa hanya bisa terwujud jiak memiliki Bahasa. Semua bangsa di dunia ini sangat paham maksud pepatah tersebut jika kita telusuri asal-usulnya. Mereka, kita, semua pendatang. Tidak mungkin nenek moyang suatu bangsa tiba-tiba wujudnya keluar dari lubang yang tidak jelas. Kemudian siapa yang lebih dahulu menempati suatu kawasan, di situlah mereka beranak-pinak, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan seterusnya bernegara-negara. Bagi kaum pendatang, tidak masalah bahwa tempat tinggal mereka itu sudah lebih dahulu ada yang claim selama kelompok masyarakat yang lebih dahulu menempati itu bisa menerima kaum pendatang baru, terutama yang cantik-cantik tentunya pastilah jadi rebutan… Nah, dari sinilah asal mulanya kawin silang sebagaimana kisah Masyarakat Tausug dan Masyarakat Bajau, dua kelompok masyarakat yang selalunya gaduh namun pada akhirnya menyatu karena terjadi “kawin silang”.
Kawasan yang lebih dahulu di claim itu sama sekali bukan masalah selama satu sama lain bisa saling menghargai dan menghormati. Bajau dihargai karena mampu menyuplai hasil laut untuk mencukupi kebutuhan hidup penduduk setempat. Bajau dihormati karena keperkasaannya menaklukkan lautan hingga ke dasar laut. Bajau yang dikenal sebagai kaum masyarakat cinta damai selalu mampu menciptakan masyarakat hidup rukun, damai, tentram sejahtera “Baladatun toyyibatun wa Robbun ghofuur” Buktinya? Si Husin (Bajau) yang perkasa di lautan mampu menaklukkan hati Bala Amai (Tausug). Maka bersyukurlah kita yang terlahir dari darah Bajau karena bukan saja mampu menaklukkan ganasnya lautan, tapi juga mampu meluluhkan ganasnya hati mertua.
Contoh konkritnya lagi, Pulau Jawa, semestinya semua penduduk tempatan Pulau Jawa itu orang Jawa. Tapi kenyataannya tidak begitu. Orang Jawa hanya mendiami bagian Tengah dan Timur Pulau Jawa. Selebihnya, di bagian Barat Pulau Jawa ada Orang Sunda, di Bagian Barat Laut ada Orang Banten, antara Banten dan Jawa Barat ada Orang Betawi. Mereka semua tidak mau disebut Orang Jawa meskipun mereka lahir, hidup hingga mati di tanah Jawa.
Nah, kalau semua pulau di Indonesia itu sudah ada pemiliknya (pribumi) lantas Bajau di mana? Saya kata Indonesia ini sangat luas, terbentang dari Sabang di Sumatera hingga ke Merauke di Papua dan di semua bentangan luas itu ada Bajau. Inilah yang selalu saya ingatkan kepada saudara-mara semua: “Maingga aniak gusung pote mailuna aniak patannaan Sama” (Artinya: Dimana ada pasir putih, di sanalah pasti ada orang Bajau-Red). Wassalam