Masjid Darussalam berada di dusun tanjung pagar desa pagerungan kecil-kecamatan sapeken-kabupaten sumenep-provinsi jawa timur, masjid darussalam diapit oleh dua pondok pesantren Darul Musyawirien, yaitu Pondok pesantren putra dan putri.
Masjid darussalam di bangun sekitar tahun 1821 oleh Daeng Fatubu kakek dari KH. As’ad(Aji sa’ak).
Masjid darussalam juga adalah saksi dan tonggak sejarah di bukanya pulau pagerungan kecil yang dulunya hanyalah sebagai pemukiman suku mandar yang berbahasa bajo, berubah menjadi kampung tanjung pagar, nama kampung pertama di pagerungan kecil, konon bahasa yang pertama muncul di pagerungan kecil adalah bahasa mandar dan perlahan berubah menjadi bahasa bajo sebagai percakapan sehari-hari sampai saat ini.
Daeng Fatubu beserta kerabat datang dari sulawesi dan membuka lahan di pulau pagerungan kecil yang dulunya hanya di tumbuhi hutan, pepohanan besar, serta pohon-pohon balanding(Bahasa bajo).
Masjid Darussalam dulunya berbentuk langgar/musholla, selain tempat ibadah, musholla ini juga menjadi pusat dakwah para ulama, tempat bersinggahnya para musafir yang ingin menuju ke pulau lain untuk membuka lahan, dan tempat proses belajar mengajar pendidikan Alquran atau Ngaji.
Lalu dari generasi ke generasi tempat ibadah ini berubah menjadi masjid.
KH.As’ad sang pewaris masjid Darussalam merubah tempat ibadah ini menjadi besar, dan di moderenisasi oleh anaknya Ustadz makki dan cucu-cucunya menjadi seperti ini sekarang.
Ustadz Makki
Ustadz Makki adalah anak ke-7 dari KH.As’ad, yang sekarang menjadi generasi pewaris Masjid Darussalam, dan juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musyawirien.
Sebelum menjadi pondok pesantren, musyawirien masih berbentuk madrasah ibtidaiyah, yang di dirikan oleh KH. As’ad dan Ust. Abdul Basith, yang mana pendirian madrasah ibtidaiyah Darul Musyawirien di hadiri oleh banyak masyarakat atas dasar musyawarah, sehingga dinamakan Musyawirien
(Penulis : Usm Sumber : Fsl )
Tunggu selanjutnya….