LATAR BELAKANG ETNIK MANDAR BUGIS MELAKUKAN PELAYARAN SAMPAI DI PULAU PAGERUNGAN BESAR

Prabu Siliwangi

BAJAUINDONESIA.COM- Etnik Mandar umumnya berada di Sulawesi Selatan, Etnik Mandar sebagian besar berdiam di wilayah Kabupaten Majene dan Mamuju di provinsi Sulawesi Barat.

Sebenarnya yang lebih sering mengaku sebagai orang Mandar adalah penduduk
Kabupaten Majene, namun penduduk
kabupaten Mamuju lebih senang disebut orang Mamuju.

Etnik Mandar juga mendiami sebagian daerah di Kabupaten Polewali-Mamasa.
Akan tetapi Etnik Mandar banyak ditemukan kepulauan Madura khususnya di Pulau Sakala, Sailus dan Pagerungan Besar.

Etnik Mandar menjadi menarik jika dilihat dari asalnya, karena Etnik Mandar berasal dari Sulawesi Selatan, namun banyak kampung-kampung Mandar ditemukan di sekian ratus pulau di Selat Makassar, Laut Jawa, Bali, bagian barat Laut Flores atau utara Bali dan Jawa Timur.

Kampung Mandar juga biasa ditemukan di pulau kecil di timur Kalimantan Selatan, termasuk Pulau Laut yang beribukota Kotabaru.

Penyebaran Etnik Mandar di pulau-pulau di Indonesia khususnya pulau Pagerungan Besar tidak lepas dari kekacauan politik yang terjadi di Sulawesi Selatan yang menjadi faktor penting orang-orang Bugis-Makassar melakukan perantauan ke berbagai wilayah di Nusantara.
Pilihan menuju pulau-pulau kecil mungkin bukan kebetulan semata, namun didasari dengan beberapa pertimbangan seperti, sumber kehidupan/air tawar, luas dan
aman.

BACA JUGA:  Sejarah Serta Perjalanan Para Ulama dan Para Tokoh Di Pulau Sapeken Sumenep Jawa Timur

Selain itu pemilihan pulau-pulau kecil sebagai tempat tujuan mungkin saja pernah menjadi tempat persinggahan para nelayan Etnik Mandar saat mencari ikan, misalnya di Pulau Pagerungan Besar dan sekitarnya
(Kepulauan Kangean, masuk wilayah Jawa
Timur), Pulau Bali, dan Pulau Maselembu
(Jawa Timur).
Itulah sebabnya hampir semua pulau-pulau kecil dihuni oleh Etnik Bugis, Makassar dan Mandar.

Walaupun Etnik Mandar jauh dari Sulawesi Selatan, tetapi mereka tetap mempertahankan budayanya, seperti bahasa, ritual kegamaan, adat istiadat, tradisi, teknologi dan lain-lain. Selain
mempertahankan budaya, Etnik Mandar juga menjalankan nilai-nilai kehidupan yang menjadi bentuk solidaritas sosial Etnik.

Di wilayah Sulawesi Selatan sejak beberapa abad yang lalu telah terdapat beberapa negara yang berbentuk kerajaan.

Sistem politik negara-negara yang terdapat di Sulawesi Selatan mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaan dan perbedaan itu disebabkan oleh banyaknya suku-suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut. Suku-suku
bangsa yang dimaksud ialah Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Di samping keempat suku terbesar itu, terdapat jugs Suku Duri (Dori) yang merasa juga sebagai suatu suku tersendiri.
Mereka yang bersuku Bugis mempunyai negara Bone, Wajo, Sawitto, Suppa, Soppeng, Luwu dan banyak lagikerajaan-kerajaan kecil lainnya.

BACA JUGA:  Mengupas Asumsi Masyarakat Pagerungan Kecil tentang Desa Digital

Etnik Makassar memiliki kerajaan kembar Gowa-Tallo, Etnik Mandar juga memiliki kerajaan-kerajaan seperti Balanipa, Cendrana dan Majene.

Demikian pula Etnik Toraja dan Dori (Notosusanto, 2010:101) Perebutan kekuasaan antarkerajaan lokal merupakan salah satu faktor pendorong penyebaran Etnik Mandar ke berbagai wilayah di Nusantara.
Penyebab penyebaran Etnik Bugis-Makassar disebabkan karena faktor
politik.
Fakor politik yang dimaksud adalah
kekalahan Kerajaan Gowa dalam melawan
Belanda yang diakhiri dengan perjanjian
Bongaya di tahun 1667.

Bugis Makassar dan Bugis Mandar

Penyebaran Bugis-Makassar, misalnya ke
daerah pantai timur dan utara Sumatra, pantai barat Malaya, pantai barat dan selatan Kalimantan.Selain migrasi karena adanya peperangan dari Bugis Makassar, sekitar tahun 1950 Bugis-Makassar melakukan imigrasi besar-besaran, karena adanya kekacauan berhubung mengganasnya tentara NICA, kemudian pemborantakkan Kahar Muzakkar terhadap negara Republik Indonesia. Masa kacau yang berkepanjangan di Sulawesi Selatan, yang berawal sekitar abad XVI sampai XIX, sepanjang tiga abad lamanya perang antara kerajaan-kerajaan lokal, kemudian disusul dengan perang melawan Belanda sampai dengan awal abad XX dan perang mempertahankan kemerdekaan sampai dengan 1950-an, kemudian disusul dengan pemborantakkan DI/TII 1950-an hingga 1965, merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan sebagai penyebab derasnya arus perantauan Etnik Bugis-Makassar. Diaspora Etnik Mandar yang didorong juga adanya semangat massompe’ (merantau).
Selain semangat massampe’ diaspora Etnik Bugis dan Mandar juga didukung penguasaan perairan Nusantara bagian timur oleh orang Makassar pada abad ke-17. Etnik Bugis dan Mandar selalu berupaya mencari tempat yang dianggap layak bagi dirinya untuk tinggal, bekerja, bermasyarakat dan lain-lain. Selama hal tersebut belum dicapai, perantauan tidak
akan pernah berakhir. Perantauan Etnik Bugis dan Mandar juga di motivasi budaya siri’ yang menjadi pandangan hidup Etnik Bugis dan Mandar.

BACA JUGA:  Memaknai Kritik Di Alam Demokrasi Saat ini.

(P/S: US)

error: Content is protected !!
× Chat Redaksi