Pulau Pasudor: Ketika Anda mengetik pencarian nama Pulau Pasudor di google, dapat dipastikan yang muncul adalah Pulau Padar, Anda tidak akan menemukan kata Pulau Pasudor.
Menurut data Wikipedia, terdapat 17.504 pulau yang termasuk ke dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Deputi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, di mana 16.056 pulau telah dibakukan namanya di PBB hingga Juli 2017.
Dalam situs wikipedia juga menjelaskan, tahun 1972, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memublikasikan sebanyak 6.127 nama pulau-pulau di Indonesia, ini pun masih membutuhkan rujukan agar informasi lebih akurat.
Apakah semua pulau di Indonesia telah memiliki nama?
Data Departemen Dalam Negeri berdasarkan laporan dari para gubernur dan bupati/wali kota, pada tahun 2004 menyatakan bahwa 7.870 pulau yang bernama, sedangkan 9.634 pulau tak bernama, ini pun masih membutuhkan rujukan (sumber: wikipedia)
- Ikan Buntal bagi Suku Bajau untuk Vitalitas Laki-Laki hingga dapat Mematikan
- Erni Bajau: Hampir Semua Orang di Jakarta Tidak Mengenal Suku Bajau
- Suku Bajau Menyelam Hingga 70 Meter Tanpa Alat Bantu Karena Memiliki Gen Khusus
Pulau Pasudor Termasuk Pulau Tak Bernama?
Pulau Pasudor adalah pulau kecil yang tercatat sebagai salah satu desa di Kecamatan Poleang Tenggara Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, dihuni oleh orang Bajau atau biasa dikenal orang Bajo dan mereka menyebut diri mereka suku Sama.
Dalam catatan nama desa di pemerintahan Kecamatan Poleang Timur, desa ini bernama Desa Terapung, jadi Pulau Pasudor ini bernama Desa Terapung. Pun demikin ketika kita mengetik pencarian di google dengan kata kunci Pulau Terapung, kita akan suguhkan dengan begitu banyak informasi dan gambar-gambar Pulau Terapung dan tidak menemukan gambar atau informasi tentang Desa Terapung Pulau Pasudor.
Palau yang dikelilingi oleh laut nan membiru dengan bingkai pasir putih serta rumah-rumah warga suku Sama (Bajau) begitu indahnya sehingga konon menarik perhatian pemerintah untuk menjamah Pulau Pasudor.
Seorang ibu berprofesi sebagai nelayan di Pulau Pasudor yang saya hubungi via telepon bercerita pada saya, bahwa dia bersama warga lainnya sedang gelisah dan resah, karena mendengar isu jika pulau tempat mereka tinggal tersebut akan dikosongkan oleh pemerintah setempat untuk dijadikan objek wisata.
“Anak saya yang tua sedang ke kota, dia dengan teman-temannya pergi ke kota, mau minta ke pemerintah supaya kami tidak diusir dari pulau ini, karena saya dengar pulau kami mau dibakar supaya kami pindah, saya takut sekali, Nak” Demikian inti kalimat pembiacaraan saya dengan sang Ibu di Pulau Pasudor.
Menyikapi curahan hati si Ibu, semoga pemerintah Bombana melakukan negosiasi dengan warga desa melalui musyawarah. Menjelaskan pada masyarakat Pulau Pasudor alasan ingin mengosongkan pulau atau mengklarifikasi jika isu tersebut tidak benar.
Isu mendaratkan orang Bajo (Bajau) adalah isu yang sudah terdengar sejak puluhan tahun silam.
Sebagai etnis yang bermata pencaharian nelayan dan seluruh hidupnya digantungkan pada laut, bagaimana bisa mau memindahkan mereka ke darat?
Memindahkan orang Baju ke darat, sama dengan memindahkan petani ke laut dan menyuruh petani menjadi pelaut. Alasan, di darat pun orang Bajau masih bisa melaut, karena zona huni mereka masih dekat atau masih menempel dengan laut. Hal tersebut masuk akal saja, tapi bagi orang Bajau alasan jarak tempuh dari rumah mereka ke lokasi laut tempat mereka mencari nafkah sangat diperhitungkan, yakni lokasi ikan-ikan yang sering berpindah-pindah (tergantung musim angin) dan juga kondiri jeda waktu pasang surut air laut. Jika pun memakai mesin, akan membutuhkan bahan bakar lebih banyak jika jarak tempuh semakin jauh.
Semoga Pulau Pasudor tetap menjadi Pulau yang cantik nan eksotik, menjadi pulau wisata tanpa mengusik kehidupan warganya. Kehidupan warga Bajau di pulau Pasudor, budaya, kesenian, adat istiadat, perekonomian, dan sebagainya, pasti akan menajadi hal yang sangat menarik untuk ditelisik.