Oleh: Zulkifli Azir
Bajauindonesia.com:Akhir-akhir ini media sosial (medsos) ramai dihiasi pernyataan sikap mendukung Sama Bajo Nusantara Mendunia. Dukungan ini dikemukakan oleh para petinggi negeri di berbagai daerah, pimpinan organisasi masa, tokoh-tokoh masyarakat, bahkan tidak mau ketinggalan, kelompok anak-anak dan kelompok remaja turut ambil bagian menghiasi laman medsos menyatakan dukungannya.
Baca juga: Suku Bajau Termasuk 5 Suku di Dunia yang Memiliki Kemampuan Super
Beberapa waktu lalu, seorang netizen menghubungi saya untuk turut serta menyuarakan dukungan bagi Sama Bajo Nusantara Mendunia dalam kapasitas saya sebagai sesepuh masyarakat Bajau Indonesia. Saya katakan, ini suku kami, apapun kegiatan bermanfaat bagi masyarakat Bajau di negeri ini tentulah saya dukung sebatas kemampuan saya tentunya. Tapi, untuk menyuarakan dukungan itu melalui media sosial, surat kabar, atau media elektronik lainnya, di saat suhu politik sedang memanas di negeri ini, wajar dong kalau saya minta penjelasan, apa sih yang ingin kalian raih dengan menyuarakan hal seperti ini? Baiklah, kalau Anda tidak bisa menjelaskannya atau merasa bukan kapasitas Anda untuk menjelaskannya, saya yang akan menjelaskan kepada Anda.
Kalau Anda mencari literatur tentang peradaban masyarakat Bajau di Indonesia, sampai kapanpun saya jamin nggak bakalan ketemu. Leluhur kami di Indonesia sejak zaman dahulu kala mengabadikan sejarah peradaban masyarakat Bajau itu kedalam bentuk prosa naratif yang dituturkan secara turun-temurun, kami menyebutnya Pakannaang (Anda boleh menyebutnya dongeng) dan Iko-Iko Sama (seni tutur). Di situlah sejarah peradaban masyarakat Bajau di Indonesia tersimpan hingga saat ini. Namun sangat disayangkan, para penutur Iko-Iko Sama hingga saat ini sudah semakin langka. Di kampung saya, masih ada sepasang suami-istri yang mampu mendendangkan seni tutur Iko-Iko Sama itu sampai selama 3 hari 3 malam non-stop, mereka hanya berhenti sholat dan makan. Saat ini usia mereka sudah mencapai 80 tahun-an. Sehingga kalau tidak diupayakan dari sekarang, dalam beberapa tahun ke depan dapat dipastikan hilanglah sudah seluruh catatan sejarah peradaban masyarakat Bajau di negeri ini.
Kalau Anda buka Youtube, di situ ada tayangan dari beberapa orang Bajau di Sulawesi Tenggara yang melantunkan Iko-Iko Sama. Silahkan perhatikan konten-nya, tidak ada berbicara sejarah, kecuali sekedar potret kehidupan masyarakat Bajau saat ini yang terasa semakin sulit mencari nafkah di laut akibat dari berbagai faktor (kerusakan lingkungan, limbah, sedimentasi, dll). Hal semacam ini patut dihargai karena adanya upaya pelestarian budaya Bajau. Seni tutur yang mereka lantunkan itu saya katakan Iko-Iko Sama Modern.
Sekarang kita bahas Sama Bajo Nusantara Mendunia nah. Harapan saya mudah-mudahan ada pakar bahasa Indonesia yang ikut membaca tulisan ini supaya kita semua bisa faham yang benar itu adalah benar adanya berdasarkan kaidah dan tata bahasa Indonesia.
Perhatikan, ada 4 suku kata: SAMA – BAJO – NUSANTARA – MENDUNIA. Kalau kita mengacu pada Tata Bahasa Indonesia, maka rujukannya tentulah Kamus Bahasa Indonesia (KBI). Maka, 4 suku kata itu digabung tidak bisa disebut menjadi kalimat yang baik dan benar. Kalimat seperti itu hanya orang Bajau yang bisa faham. Kalau hanya orang Bajau yang faham sedangkan mereka yang non-Bajau tidak mengerti, bagaimana mungkin iktikad baik Anda bisa disebar ke Nusantara, apalagi ke seluruh dunia? Baiklah, sekarang kita cermati pengertian setiap suku kata menurut KBI:
SAMA: 1. Serupa (halnya, keadaannya, dan sebagainya), tidak berbeda; tidak berlainan, pada umumnya. – 2. Berbarengan; bertepatan. – 3. Sepadan; seimbang; sebanding; setara.
BAJO: Tidak ada kata Bajo dalam Kamus Bahasa Indonesia. Yang ada BAJAU.
NUSANTARA: Sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
MENDUNIA: Terkenal (meluas) ke seluruh dunia; menjadi milik dunia.
Saya paham. Mungkin Anda juga faham. Sementara masyarakat Indonesia lainnya, pening, bagaimana memaknai 4 suku kata itu sehingga memiliki pengertian yang jelas dan menjadi bahasa Indonesia yang baik dan benar?
Saya jadi teringat sebait lagunya Ritta Rubby Hartland yang sempat populer di tahun 80-an mendendangkan lagu Pecinta Alam dalam irama music country:
Pendaki gunung sahabat alam sejati
Jaketmu penuh lambang, lambang kegagahan
Memproklamirkan dirimu pencinta alam
Sementara maknanya belum kau miliki
Bajau itu malabo (murah hati), cinta damai, santun. Maka dimaklumi saja, anggaplah semua orang di Indonesia bisa faham maknanya. Namun, biar tidak rancu atau terjadi multi tafsir, Saya ingin mengajak Anda fokus pada 3 suku kata saja: BAJAU NUSANTARA MENDUNIA. Mudah-mudahan maknanya tidak bergeser dan yang lebih penting adalah agar semua orang bisa ikut faham meskipun kalimat itu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Catatan sejarah tertua menyangkut keberadaan orang Bajau di Indonesia adalah Lontara’ masyarakat Makassar di Sulawesi Selatan. Disebutkan, bahwa Raja Gowa yang pertama adalah seorang perempuan yang diberi gelar Tumanurung Bainea (1320-1345) yang menikah dengan Karaeng Bayo. Dari pasangan inilah kemudian menurunkan cikal bakal Raja-Raja Gowa. Karaeng Bayo berasal dari Bonthain (sekarang Bantaeng) yaitu orang-orang yang hidup di atas air.
Sampai hari ini masyarakat Makassar menyebut orang-orang yang hidup di atas air itu BAYO. Sedangkan masyarakat di pesisir Sulawesi Selatan hingga ke Bantaeng menyebutnya TU RI JE’NE’. Mereka itulah suku Bajau yang kita kenal saat ini. Itulah pula sebabnya mengapa populasi masyarakat Bajau di Indonesia apabila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia, yang terbanyak bermukim di Pulau Sulawesi.
Bukti kuat yang mendukung kiprah masyarakat Bajau di Sulawesi Selatan adalah Bahasa Bajau itu sendiri, banyak dipengaruhi oleh bahasa Makassar, dan sampai hari ini masih digunakan sebagai bahasa pertuturan masyarakat Bajau di Indonesia, misalnya: Baji’, Bija, Calla, Colo’, Dalle’, Ero’ni kana, Galoh, Gambah, Gola, Jallo’, Jarang, Kamaseang, Karittas, Katoah, Kodoh, Koko, Matangkas, dll. Ada lebih dari 50 kata-kata dalam bahasa Makassar yang diserap ke dalam bahasa Bajau.
Keberadaan masyarakat Bajau dengan populasi cukup besar saat ini bukan saja di Indonesia, tetapi juga berada di Negara Bagian Sabah, Malaysia dan di kawasan selatan Philippine.
Berbicara tentang Bajau, maka tiga negara inilah yang selalu menjadi fokus perhatian dunia. Setiap tahun forum Bajau Internasional rutin digelar di:
– Malaysia: Regatta Lepa dan International Conference on Bajau Diaspora and Maritime Culture di kota Semporna, Sabah.
– Philippine: Igal Sama International di kota Manila dan Kamahardikaan Tawi-Tawi di Mindanao, Philippine Selatan.
– Indonesia: Pemerintah bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin pernah menggelar International Science Conference on Sea gypsy pada tahun 2017 di Makassar.
Ini semua cukup menjadi bukti bahwa Bajau sudah mendunia sejak ratusan tahun lalu sementara persatuan dan kesatuan masih terus dipelihara sampai hari ini atas dasar rasa persaudaraan dan keyakinan bersama bahwa kita bi kememon Sama min dekau kaemboan (kita semua Bajau berasal dari leluhur yang sama).
Demikian Saudaraku, semoga bermanfaat .
Berbicara tentang Bajau, maka tiga negara inilah yang selalu menjadi fokus perhatian dunia. Setiap tahun forum Bajau Internasional rutin digelar di:
– Malaysia: Regatta Lepa dan International Conference on Bajau Diaspora and Maritime Culture di kota Semporna, Sabah.
– Philippine: Igal Sama International di kota Manila dan Kamahardikaan Tawi-Tawi di Mindanao, Philippine Selatan.
– Indonesia: Pemerintah bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin pernah menggelar International Science Conference on Sea gypsy pada tahun 2017 di Makassar.
Ini semua cukup menjadi bukti bahwa Bajau sudah mendunia sejak ratusan tahun lalu sementara persatuan dan kesatuan masih terus dipelihara sampai hari ini atas dasar rasa persaudaraan dan keyakinan bersama bahwa kita bi kememon Sama min dekau kaemboan (kita semua Bajau berasal dari leluhur yang sama).
Demikian Saudaraku, semoga bermanfaat.